Selasa, 16 Desember 2014

Arti dari Sebuah Kesetiaan



Arti Dari Sebuah Kesetian
By: John Umang

Bicara kesetian bukanlah bicara lisan atau cukup dengan kata-kata belaka. Namun bicara kesetian bicara proses panjang kehidupan. Orang tidak bisa mengklaim dirinya setia atau tidak, namun ini murni penilaian dari pihak lain.

Mengapa kehidupan ini menganjurkan adanya nilai kesetiaan???


Tentu akan sulit menjawabnya karena ia keluar dari hati masing-masing orang yang telah mendapatkan kesetiaan. Namun paling tidak manusia sebagai makhluk yang memiliki hati dan pikiran telah dan akan terus memperjuangkan kesetiaannya, sebab dari sanalah kehidupan dapat dinikmati.

Bagi seorang anak kecil tentu kesetiaan orang tua lah yang dibutuhkannya.
Bagi seorang suami maka kesetiaan istrilah yang dibutuhkannya.
Bagi seorang istri tentu kesetiaan suamilah yang dibutuhkannya.
Bagi seorang sahabat kesetian sahabatlah yang dibutuhkannya.
Bagi seorang hamba maka kesetiaan tuhannyalah yang dibutuhkannya.

Bukan perkara mudah membangun kesetiaan, merupakan proses panjang yang terus menerus tanpa mengenal tepian, ia bagaikan samudra yang tak terjamah daratan, ia bagaikan langit yang tak pernah tahu dimana ujungnya, ia angka nol yang bulat, yang kesetiaan itu berputar didalamnya.

Lalu bagaimana membangun kesetiaan???

Dalam kesetiaan bukan tidak ada konflik, dalam kesetiaan bukan tidak ada masalah, dalam kesetiaan bukan tidak ada air mata, dalam kesetiaan bukan semua serba nyaman. Namun dalam kesetiaan ada visi kebersamaan.
Orang yang mengambil jalan kesetiaan memiliki visi kebersamaan yang kuat, sehingga ombak dan badai yang dilalui dapat ia takhlukan laksananah koda kapal yang berani berada dijalur bahaya badai dan ombak demi sampai pada satu tujuan.
Satu tujuan dari kesetiaan adalah kebersamaan, maka jika visi kebersamaan itu muncul dalam sanubari seseorang maka ia akan berjuang agar tetap terus bersama.

Lalu adakah orang setia dalam sejarah manusia???

Tentu kita akan mengambil banyak tokoh dan figur yang kita anggap setia sesuai dengan pengalaman kita. Kita pasti akan dapatkan jawaban yang berbeda namun satu kenyataan bahwa orang setia itu ada. Baik ia yang setia dengan pasangannya, setia dengan keluarganya, setia dengan negaranya bahkan setia dengan tuhannya. Dari sana kita akan dapatkan kisah mengharukan dan heroik/kepahlawanan yang luar biasa.

Siapa yang mencatatnya??
Siapa yang mengisahkannya??
Siapa yang membuatnya???

Tentu bukan ia yang kita bilang setia. Karena ia sendiri merasa masih jauh dari setia. Orang lainlah yang mengukap itu semua. Bahkan kita temukan mereka jasadnya sudah termakan tanah, namun menjadi inspirasi bagi sebuah nilai kesetiaan yang dicontohkan.

Ku ajak kalian merenung :
Perlukah kesetiaan diungkapkan???
Perlukah seseorang tahu bahwa kita setia padanya??
Perlukah dunia memuji akan kesetiaan kita???

Meski kita harus banyak diingatkan bahwa tuhan menciptakan kita bukan untuk menjadi orang setia namun memberi kita peluang untuk berproses melakukan kesetiaan tanpa perlu diketahui, diungkapkan ataupun dipuji.


Kamu yang anak-anak setia berproses menikmati masa anak-anakmu dengan penuh kegembiraan
Kamu yang remaja, setialah berproses menikmati masa indahmu dengan penuh kebebasan mencari pengalaman.
Kamu yang dewasa setialah berproses menikmati masa yang penuh pertanyaan tentang arti kehidupan.
Kamu yang haus dan dahaga dengan kemuliaan maka nikmati proses kebersamaan dengan Tuhan.

Dengan apa kita bertahan dalam kesetiaan????

Sulit rasanya visi kebersamaan terwujud jika tidak ada energi yang menguatkannya.
Energi yang dibutuhkan adalah energi cinta, sebab dalam cinta sudah terangkum semua keindahan. Namun meski cinta sudah terangkum keindahan, sama halnya kesetiaan, cinta seringkali menuntut pengembalian atau timbale balik. Oleh karenanya kekecewaan dan sakit hati serta putus asa selalu menyelimuti batin jika cinta tak menuai buahnya dan tak berujung bahagia.

Cinta sering berakhir kecewa jika tak seindah harapan.
Cinta berakhir luka jika tak seindah cita-cita.
Cinta berakhir nestapa jika berakhir dengan sengsara.

Maka patut diingatkan cinta tidak akan terkendali jika cinta tidak digunakan untuk mencintai yang benar?

Lalu siapakah yang benar-benar harus kita cinta????

Jawabnya tentu sang pemberi cinta dan utusan yang menjadi cinta bagi semesta alam.
Jika energi kita, kita curahkan kepadanya maka cinta ini berbuah banyak dan ranum serta dapat dinikmati oleh semesta alam. Cinta kepada sang maha cinta dan utusan sang maha cinta akan membawa kita mengambil dua jalan yang sama-sama indah yakni syukur dengan nikmat yang diberi dan sabar bagi yang belum diberi. Dengan energi cintalah visi kebersamaan bisa kita wujudkan. Cinta murni dan kesetiaan murni yang menyampaikan pada kebersamaan murni. Tidak mudah dan bukan perkara mudah, kita minta di bantu dan di bombing oleh sang maha setia agar kita bisa berproses menjadi orang-orang yang setia, seperti kesetiaannya merawat para pendosa seperti kita.

Akhirnya inginku ungkapkan bahwa kesetiaan tak memiliki arti bagi yang tak punya visi kebersamaan dan dilandasi energi cinta. Kebersamaan adalah tujuannya dan cintalah lokomotif untuk sampai pada tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar