Arti
Dari Sebuah Kesetian
By:
John Umang
Bicara kesetian bukanlah bicara lisan atau
cukup dengan kata-kata belaka. Namun bicara kesetian bicara proses panjang kehidupan.
Orang tidak bisa mengklaim dirinya setia atau tidak, namun ini murni penilaian dari
pihak lain.
Mengapa
kehidupan ini menganjurkan adanya nilai kesetiaan???
Tentu akan sulit menjawabnya karena ia keluar
dari hati masing-masing orang yang telah mendapatkan kesetiaan. Namun paling
tidak manusia sebagai makhluk yang memiliki hati dan pikiran telah dan akan terus
memperjuangkan kesetiaannya, sebab dari sanalah kehidupan dapat dinikmati.
Bagi
seorang anak kecil tentu kesetiaan orang tua lah yang dibutuhkannya.
Bagi
seorang suami maka kesetiaan istrilah yang dibutuhkannya.
Bagi
seorang istri tentu kesetiaan suamilah yang dibutuhkannya.
Bagi
seorang sahabat kesetian sahabatlah yang dibutuhkannya.
Bagi
seorang hamba maka kesetiaan tuhannyalah yang dibutuhkannya.
Bukan perkara mudah membangun kesetiaan,
merupakan proses panjang yang terus menerus tanpa mengenal tepian, ia bagaikan samudra
yang tak terjamah daratan, ia bagaikan langit yang tak pernah tahu dimana ujungnya,
ia angka nol yang bulat, yang kesetiaan itu berputar didalamnya.
Lalu
bagaimana membangun kesetiaan???
Dalam kesetiaan bukan tidak ada konflik,
dalam kesetiaan bukan tidak ada masalah, dalam kesetiaan bukan tidak ada air
mata, dalam kesetiaan bukan semua serba nyaman. Namun dalam kesetiaan ada visi kebersamaan.
Orang
yang mengambil jalan kesetiaan memiliki visi kebersamaan yang kuat, sehingga ombak
dan badai yang dilalui dapat ia takhlukan laksananah koda kapal yang berani berada
dijalur bahaya badai dan ombak demi sampai pada satu tujuan.
Satu
tujuan dari kesetiaan adalah kebersamaan, maka jika visi kebersamaan itu muncul
dalam sanubari seseorang maka ia akan berjuang agar tetap terus bersama.
Lalu
adakah orang setia dalam sejarah manusia???
Tentu kita akan mengambil banyak tokoh dan
figur yang kita anggap setia sesuai dengan pengalaman kita. Kita pasti akan dapatkan
jawaban yang berbeda namun satu kenyataan bahwa orang setia itu ada. Baik ia
yang setia dengan pasangannya, setia dengan keluarganya, setia dengan negaranya
bahkan setia dengan tuhannya. Dari sana kita akan dapatkan kisah mengharukan dan
heroik/kepahlawanan yang luar biasa.
Siapa
yang mencatatnya??
Siapa
yang mengisahkannya??
Siapa
yang membuatnya???
Tentu bukan ia yang kita bilang setia. Karena
ia sendiri merasa masih jauh dari setia. Orang lainlah yang mengukap itu semua.
Bahkan kita temukan mereka jasadnya sudah termakan tanah, namun menjadi inspirasi
bagi sebuah nilai kesetiaan yang dicontohkan.
Ku
ajak kalian merenung :
Perlukah
kesetiaan diungkapkan???
Perlukah
seseorang tahu bahwa kita setia padanya??
Perlukah
dunia memuji akan kesetiaan kita???
Meski kita harus banyak diingatkan bahwa
tuhan menciptakan kita bukan untuk menjadi orang setia namun memberi kita peluang
untuk berproses melakukan kesetiaan tanpa perlu diketahui, diungkapkan ataupun dipuji.
Kamu
yang anak-anak setia berproses menikmati masa anak-anakmu dengan penuh kegembiraan
Kamu
yang remaja, setialah berproses menikmati masa indahmu dengan penuh kebebasan mencari
pengalaman.
Kamu
yang dewasa setialah berproses menikmati masa yang penuh pertanyaan tentang arti
kehidupan.
Kamu
yang haus dan dahaga dengan kemuliaan maka nikmati proses kebersamaan dengan Tuhan.
Dengan
apa kita bertahan dalam kesetiaan????
Sulit rasanya visi kebersamaan terwujud jika
tidak ada energi yang menguatkannya.
Energi
yang dibutuhkan adalah energi cinta, sebab dalam cinta sudah terangkum semua keindahan.
Namun meski cinta sudah terangkum keindahan, sama halnya kesetiaan, cinta seringkali
menuntut pengembalian atau timbale balik. Oleh karenanya kekecewaan dan sakit hati
serta putus asa selalu menyelimuti batin jika cinta tak menuai buahnya dan tak berujung
bahagia.
Cinta
sering berakhir kecewa jika tak seindah harapan.
Cinta
berakhir luka jika tak seindah cita-cita.
Cinta
berakhir nestapa jika berakhir dengan sengsara.
Maka
patut diingatkan cinta tidak akan terkendali jika cinta tidak digunakan untuk mencintai
yang benar?
Lalu
siapakah yang benar-benar harus kita cinta????
Jawabnya tentu sang pemberi cinta dan utusan
yang menjadi cinta bagi semesta alam.
Jika
energi kita, kita curahkan kepadanya maka cinta ini berbuah banyak dan ranum serta
dapat dinikmati oleh semesta alam. Cinta kepada sang maha cinta dan utusan sang
maha cinta akan membawa kita mengambil dua jalan yang sama-sama indah yakni syukur
dengan nikmat yang diberi dan sabar bagi yang belum diberi. Dengan energi cintalah
visi kebersamaan bisa kita wujudkan. Cinta murni dan kesetiaan murni yang
menyampaikan pada kebersamaan murni. Tidak mudah dan bukan perkara mudah, kita minta
di bantu dan di bombing oleh sang maha setia agar kita bisa berproses menjadi
orang-orang yang setia, seperti kesetiaannya merawat para pendosa seperti kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar