Jumat, 08 April 2016

Kejayaan Islam di Masa Lalu


Selama lima ratus tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradabannya yang tinggi (Jacques C. Reister).
Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa (Montgomery Watt).
Peradaban berhutang besar pada Islam (Presiden AS, Barack Obama).
Pengantar
Pernyataan dari dua cendekiawan Barat dan satu dari orang nomor satu Amerika Serikat ini sengaja saya kutip sekadar ingin menunjukkan, bahwa siapapun yang jujur melihat sejarah tak akan bisa mengelak untuk mengakui keagungan peradaban Islam pada masa lalu dan sumbangsihnya bagi dunia, termasuk dunia Barat, yang denyutnya masih terasa hingga hari ini. Meski banyak ditutup-tutupi, pengaruh peradaban Islam terhadap kemajuan Barat saat ini tetaplah nyata.
Tulisan berikut tidak bermaksud membangkitkan romantisme sejarah Islam masa lalu yang gemilang, yang memang merupakan sebuah realitas sejarah. Kalaupun secuil gambaran masa lalu peradaban Islam yang cemerlang sengaja ditampilkan di sini, itu tidak lain sebagai bentuk restrospeksi sekaligus instrospeksi, yang tentu amat diperlukan oleh kaum Muslim saat ini.
Dengan itu, kaum Muslim secara sadar dan jujur akan mampu melihat kembali kebesaran peradaban Islam masa lalu sekaligus potensinya untuk kembali hadir pada masa depan untuk yang kedua kalinya. Karena itu, selain merestrospeksi keagungan peradaban Islam masa lalu, tulisan ini juga lebih dimaksudkan sebagai upaya untuk memproyeksi sekaligus merekontruksi kembali masa depan perabadan Islam di tengah-tengah hegemoni perabadan Barat sekular saat ini, yang sesungguhnya mulai tampak kerapuhannya dan makin kelihatan tanda-tanda kemundurannya.
Peradaban Islam: Peradaban Emas
1. Tingginya Kemampuan Literasi.
Sebuah peradaban maju, termasuk peradaban Islam, tentu mencakup ruang-lingkup yang sangat luas. Kemajuan peradaban Islam masa lalu pun demikian.

Kamis, 07 April 2016

Senyum Seekor Kucing Ketika Diberi Daging



Assalamualaikum wr,wb
Pada kesempatan kali ini kami selaku dari pengurus Rohis Nuril Qolby mengepost artikel-artikel yang mudah-mudahan bermanfaat . :D

Di hari yang panas, disebuah kantin yang sederhana berukuran 4x5 namun dengan kursi panjang dan meja. hari-harinya ramai oleh setiap siswa yang hendak berbelanja atau sekedar bercanda.
selain siswa, guru-guru pun ikut serta sambil membawa piring dan sendok diambilnya makanan yang telah tersedia. ya begitulah kantin sekolahku, sederhana namun membawa berkah bagi berkelanjutnya hidup bagi manusia bumi. namun ada yang istimewa di kantin ini banyak kucing yang seolah - olah ikut mengambilberkah Illahi. walau ada yang membenci, namun tak jarang ada yang memberi. kucing pun seolah mengerti, ia harus sudah beradaptasi di lingkungannya sendiri. ketika ia merasa dibenci dengan rasa kecewa ia pergi, namun ketika diberi ia sadar kalu ia diterima disini. kucing pun mulai menyeleksi mana pembenci yang tak segan melempar sapu, botol, bahkan tak jarang memukul dan melempar dengan bangku, bak pendemo yang seolah tak dihargai.
namun kucing pun ada yang tersenyum ketika diberi daging sambil dielus kepalanya bak pengantin baru, sambil diberi ikan disediakan dipiring bagai tamu di restoran seperti raja yang dilayani permaisurinya.
gambaran yang begitu jelas ditemui dalam setiap sudut kehidupan tanpa mengenal status, tempat, dan waktu. selalu terulang walau dalam scenario berbeda, namun esensi atau pokok selalu tetaplah sama. dari pengalaman sederhana, kita bisa petik hikmah kehidupan yang luas dari pengalaman sederhana, kita temui mutiara yang menjadi kilauan sanubari. seekor binatang yang diberi akal budi pun mengerti makna kehidupan yang mesti dijalaninya, yang tak selalu sejalan dengan keinginannya. ingin diberi, namun faktanya beda yang harus menerima pukulan dan lemparan. lalu bagaimana jika ditarik ke kehidupan manusia yang memiliki tingkat kemuliaan lebih dari binatang. karena Allah karuniakan akal pikiran.